Connect with us

Hi, what are you looking for?

Koin

Turun Naik Harga Bitcoin Terdampak GBTC

Mengalirnya dana dari GBTC ke ETF Bitcoin Spot mempengaruhi performa harga Bitcoin. (Dok. Pexels)

Sejak Desember 2023, publik dihebohkan oleh rencana peluncuran produk investasi baru, Exchange Traded Funds (ETF) Bitcoin Spot, yang diajukan oleh sejumlah raksasa pemodal ventura termasuk BlackRock, Fidelity, Invesco, dan Franklin Templeton serta perusahaan manajer aset terbesar di dunia lainnya. Mereka telah mengajukan proposal ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) untuk menawarkan produk investasi ETF Bitcoin Spot ke publik pada Januari 2024.

Masuknya perusahaan raksasa ke pasar kripto, memicu sentimen positif dari trader dan investor kripto. Namun, ETF Bitcoin Spot juga mengancam eksistensi produk investasi terkait Bitcoin lain yang sudah mapan yaitu Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) dari Grayscale. GBTC adalah produk investasi yang memungkinkan investor untuk mendapatkan eksposur terhadap Bitcoin tanpa perlu menyimpan aset BTC secara langsung. Hanya Greyscale yang menyimpan dan mengelola aset BTC di dompet digitalnya.

Sayangnya, GBTC memiliki biaya transaksi yang lebih tinggi dibanding pesaing barunya ETF Bitcoin Spot. GBTC berbeda dengan Exchange-Traded Funds (ETF) Bitcoin, yang merupakan produk investasi yang melacak harga Bitcoin secara spot, atau langsung memiliki Bitcoin sebagai aset dasarnya. ETF Bitcoin spot menawarkan keuntungan seperti biaya pengelolaan yang lebih rendah, nilai tukar yang lebih akurat, dan kemudahan transaksi. Investor berpotensi menarik dana mereka dari GBTC dan beralih ke ETF Bitcoin Spot. Hal ini terbukti dengan mengalirnya dana bernilai belasan triliun rupiah dari GBTC.

Investor memutuskan beralih ke ETF Bitcoin pada 23 hingga 24 Januari lalu. Harga Bitcoin sempat anjlok ke $38.000, terdampak penjualan GBTC.

Kendati harga BTC sempat anjlok pasca penjualan GBTC. Bitcoin mulai pulih dengan kenaikan harga secara signifikan pada penghujung Januari ini. Kenaikan ini dipicu pulihnya harga Bitcoin (BTC) yang berhasil menembus level $41.000 (Rp 647,8 juta). Lonjakan tersebut dipicu oleh keputusan Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) yang menurunkan jumlah penjualan BTC. Meski terjadi kenaikan, pasar kripto tetap ditandai dengan volatilitas yang tinggi, dengan likuidasi mencapai lebih dari $110 juta (Rp 1,7 triliun) dalam 24 jam terakhir.

Tonggak Bersejarah Bitcoin

Pada 11 Januari 2024, Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyetujui 11 proposal pengajuan produk investasi baru yaitu Exchange Traded Fund (ETF) Bitcoin Spot. Keputusan ini merupakan tonggak bersejarah bagi industri cryptocurrency, karena sebelumnya SEC hanya menyetujui ETF Bitcoin Futures atau produk investasi melalui kontrak berjangka yang mengacu pada harga Bitcoin.

Menurut data dari BitMEX Research, pengeluaran GBTC mengalami penurunan sejak peluncuran ETF Bitcoin Spot tersebut. Pada 25 Januari, Greyscale menurunkan jumlah penjualan BTC menjadi $394,1 juta (Rp 6,2 triliun), turun dari angka penjualan sebelumnya, $429,3 juta (Rp 6,8 triliun) pada hari Rabu, 23 Januari dan $515,3 juta (Rp 8,1 triliun) pada hari Selasa, 24 Januari 2024. Meskipun Greyscale menjual BTC dalam jumlah besar, ini merupakan angka penjualan terendah kedua sejak peluncuran ETF Bitcoin Spot.

Total pengeluaran bersih untuk ETF Bitcoin Spot hingga 25 Januari mencapai $79,6 miliar (Rp 1,2 kuadriliun), terutama dipicu oleh penjualan harian GBTC sebesar $394 juta (Rp 6,2 triliun). Namun, sembilan ETF Bitcoin Spot yang baru diluncurkan, termasuk iShares Bitcoin Trust (IBIT), Fidelity Wise Origin Bitcoin Fund (FBTC), Bitwise Bitcoin ETF (BITB), Ark 21Shares Bitcoin ETF (ARKB), Invesco Galaxy Bitcoin ETF (BTCO), VanEck Bitcoin Trust (HODL), Valkyrie Bitcoin Fund (BRRR), Franklin Bitcoin ETF (EZBC), dan WisdomTree Bitcoin Fund (BTCW) belum mencatatkan arus dana keluar hingga saat ini.

Di sisi lain, IBIT justru mencatatkan aliran dana masuk terbesar pada hari tersebut sebesar $170,7 juta (Rp 2,7 triliun), FBTC menghasilkan $101 juta (Rp 1,6 triliun), dan BITB menduduki posisi ketiga dengan $20 juta (Rp 316 miliar). Meskipun aliran masuk positif ini, total aliran masuk dari sembilan dana tidak cukup untuk menutupi pengeluaran GBTC, menyebabkan pengeluaran bersih hampir mencapai $80 juta (Rp 1,2 triliun).

Sejak peluncurannya, ETF Bitcoin Spot telah menarik aliran masuk dana bersih sebesar $744,6 juta (Rp 11,8 triliun), dengan sembilan peserta baru mengumpulkan injeksi modal sebesar $5,53 miliar (Rp 87,4 triliun), sementara GBTC mencatatkan total pengeluaran sebesar $4,79 miliar (Rp 75,6 triliun).

Halving Bitcoin, Harapan Baru Investor

Saat ini Bitcoin diperdagangkan di harga $41.314 (Rp 652,8 juta). Angka ini mencerminkan kenaikan sebesar 3,29% dalam 24 jam terakhir. Namun, aset digital terbesar ini mengalami penurunan lebih dari 20% dari puncaknya sekitar $49.000 (Rp 774,3 juta) pada hari peluncuran ETF Bitcoin Spot, mencapai titik terendah $38.600 (Rp 609,7 juta) pada 23 Januari.

Analis dari JPMorgan, Nikolaos Panigirtzoglou, memperkirakan berakhirnya penurunan harga Bitcoin dalam waktu dekat. Menurutnya, para investor sudah selesai mengambil keuntungan dari GBTC. Meski begitu, analis tersebut memperingatkan tidak menutup kemungkinan dana dari GBTC akan terus mengalir keluar jika Grayscale tidak menurunkan biaya 1,5%. GBTC berpotensi kehilangan pangsa pasar karena para investor lebih memilih produk investasi baru, ETF Bitcoin Spot yang memiliki biaya jauh lebih rendah ketimbang GBTC.

Chris Burniske, Partner di Placeholder VC, mengungkapkan keraguannya. Burniske  berspekulasi bahwa Bitcoin mungkin akan turun lebih dalam lagi, setidaknya berpotensi jatuh ke kisaran harga $30.000 (Rp 473,5 juta) hingga $36.000 (Rp 568,2 juta) sebelum menemukan titik support barunya. Meskipun Burniske percaya pada ketahanan jangka panjang dari tren ini, dia memperingatkan volatilitas Bitcoin secara berkelanjutan dan potensi tantangan di lingkup makroekonomi.

Sementara pengaruh ETF Bitcoin Spot masih terbilang cukup tinggi, acara Bitcoin Halving yang akan berlangsung pertengahan tahun 2024 ini diharapkan dapat membentuk sentimen positif terhadap BTC. Bitcoin Halving adalah proses pengurangan separuh jumlah Bitcoin yang diberikan kepada penambang sebagai imbalan atas pekerjaan mereka.

Halving terjadi setiap empat tahun sekali, dan yang terakhir terjadi pada Mei 2020. Halving bertujuan untuk menjaga kelangkaan dan nilai Bitcoin, serta mengurangi inflasi. Beberapa analis memprediksi bahwa halving akan mendorong harga Bitcoin naik, karena penawaran berkurang sementara permintaan kian meningkat.

You May Also Like

Kriptopedia

Setelah menunggu lebih dari 5 tahun, tepatnya pada tahun 2019, Pi Network akhirnya akan meluncurkan mainnet-nya pada 20 Februari 2025 mendatang. Ketahui fakta menarik...