Kelak, uang yang kita gunakan untuk bertransaksi akan berganti dalam bentuk baru. Zaman peralihan dari bentuk fisik ke digital telah dimulai. Bitcoin adalah salah satu kandidat kuat untuk menggantikan fiat.
Bitcoin yang digadang-gadang jadi uang masa depan dan berpotensi menggeser posisi uang kertas, mulai meraih popularitasnya dari berbagai kalangan termasuk perusahaan raksasa investasi terbesar di dunia seperti BlackRock. Kini Bitcoin menjadi aset terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasarnya. Namun, aset ini tidak terlepas dari fluktuasi harga akibat pengaruh berbagai faktor.
Harga Bitcoin sempat mengalami penurunan tipis dalam sesi perdagangan Asia hari ini. Harga Bitcoin turun sekitar 1% menjadi $42.585 (Rp 668,4 juta) pada pukul 09.07 WIB. Penurunan ini terjadi di tengah perkembangan penting di sektor kripto, seperti kemenangan Presiden Nayib Bukele di El Salvador, negara yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran resmi, dan minat institusional yang semakin tinggi, seperti terlihat dari dana yang dikelola oleh BlackRock dan Fidelity.
ETF Bitcoin Spot: Tonggak Baru Cryptocurrency
BlackRock, manajer aset terbesar di dunia, dan Fidelity, perusahaan jasa keuangan raksasa, telah meluncurkan produk berbasis Bitcoin yang disebut exchange-traded fund (ETF). ETF adalah instrumen investasi yang melacak harga aset tertentu, seperti saham, obligasi, atau kripto. ETF Bitcoin memungkinkan investor untuk berpartisipasi dalam pasar kripto tanpa harus memiliki Bitcoin secara langsung.
Menurut data dari CryptoCompare, ETF Bitcoin BlackRock dan Fidelity masuk dalam 10 besar ETF kripto dengan arus masuk terbesar pada bulan Januari 2024. BlackRock menempati posisi ketiga dengan arus masuk sebesar $1,3 miliar (Rp 20,4 triliun), sementara Fidelity menempati posisi keenam dengan arus masuk sebesar $0,9 miliar (Rp 14,1 triliun).
Selain itu, pasar kripto juga mengalami pergeseran besar dengan diperkenalkannya sembilan ETF Bitcoin baru pada bulan Februari 2024. ETF Bitcoin baru ini berhasil mengumpulkan lebih dari 177.949 Bitcoin, setara dengan $7,6 miliar (Rp 119,3 triliun), dalam waktu kurang dari sebulan. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap aset kripto semakin meningkat di kalangan investor ritel dan institusional.
Pengaruh Politik
Di sisi lain, perkembangan politik di El Salvador juga berpotensi memengaruhi pasar kripto. Presiden Nayib Bukele, yang dikenal sebagai pendukung Bitcoin, berhasil memenangkan pemilihan umum dengan perolehan suara yang sangat besar. Partai Bukele, Nuevas Ideas, mendapatkan mayoritas absolut di majelis parlemen, yang memberinya kekuasaan untuk mengubah konstitusi dan mengangkat pejabat tinggi.
Bukele, yang terpilih pada tahun 2019 dengan janji akan memberantas korupsi dan kekerasan, telah mengambil langkah berani dengan menjadikan Bitcoin sebagai mata uang sah di El Salvador pada September 2021. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan inklusi keuangan, menarik investasi, dan mengurangi biaya pengiriman uang.
Namun, kebijakan pro-Bitcoin Bukele juga menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk Dana Moneter Internasional (IMF) yang mengkhawatirkan dampaknya terhadap stabilitas makroekonomi dan keuangan El Salvador. Selain itu, Bukele juga mendapat tentangan dari kelompok hak asasi manusia yang menuduhnya mengancam demokrasi dan kebebasan pers.
Pengaruh Bukele atas politik dan ekonomi El Salvador dapat berdampak pada kepercayaan investor dan harga Bitcoin di masa depan. Jika Bukele berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat dengan bantuan Bitcoin, hal ini dapat menjadi contoh positif bagi negara-negara lain yang ingin mengadopsi kripto.
Akantetapi, jika Bukele gagal menyelesaikan masalah utang, inflasi, dan kemiskinan dengan Bitcoin, hal ini dapat menimbulkan keraguan dan ketidakpastian di pasar kripto.
